Manusia memang seringnya melihat apa yang ingin dia lihat. Dia telah menetapkan batasan-batasan terlebih dahulu dalam pikirannnya, lalu melihat suatu kejadian dalam bingkai batasan-batasan tersebut. Bahkan jika kejadian yang dilihat tidak pas dalam bingkai tersebut, maka bukan bingkainya yang dilepas, melainkan kenyataan yang disesuaikan dalam bingkai tersebut.
Contoh yang saya angkat dalam hal ini adalah mengenai pandangan orang-orang yang berbeda terhadap salah satu debat agama. Dimana debat agama yang melibatkan FPI dan JIL. Maka ada hal yang mengherankan saya temukan jika membaca pendapat orang-orang mengenai hasil dari debat tersebut. Betapa makin menyadarkan saya bahwa penilaian orang-orang tersebut memang sangat ditentukan di pihak mana orang itu.
Orang yang sehaluan dengan FPI akan merasa bahwa JIL terlah dipermalukan dalam debat tersebut. Dimana segala kebodohan JIL telah dibongkar habis. JIL tidak dapat menunjukkan dalil-dalil yang mumpuni. JIL tidak tahu ilmu agama yang berdasarkan dalil AQ dan Hadist. JIL telah kalah telak dalam debat tersebut.
Nah, ternyata untuk debat yang sama, maka orang-orang yang sehaluan JIL merasa bahwa JIL lah yang telah memenangkan debat. Bahwa FPI ternyata tidak dapat berdiskusi dengan baik. Bahwa ternyata FPI hanya keras dalam suara, tapi tanpa bisa menunjukkan pola logika yang benar. Jelas FPI telah kalah secara mutlak.
Begitulah yang masih saya ingat akan pendapat dari kedua belah pihak. Mohon dimaklumkan jika sangat sedikit yang saya kemukakan, karena memang itu berdasarkan ingatan saja. Sebab kejadiannya sudah lama berlalu. Tapi dari yang sedikit tersebut saya rasa telah cukup menggambarkan betapa memang manusia itu melihat apa yang ingin dia lihat saja.
Betapa klaim bahwa pihak yang didukungnya lah yang menang telah tergambar dengan jelas. Maka pelajaran yang dapat diambil orang yang mungkin ingin netral adalah jangan pecaya dulu pada apa yang dikemukakan oleh salah satu pihak. Sebaiknya sebelum memutuskan , lihat dulu pendapat pihak yang satunya. Itu adalah syarat minimal.
Tentu jika bisa melebihi syarat minimal akan lebih bagus lagi. Yakni dapat melihat dari berbagai pihak, termasuk pihak yang tidak terlibat kejadian perkara. Semoga dengan begitu kita akan dapat melihat dari bingkai yang lebih luas. Atau bahkan melihat tanpa bingkai. Sebuah hal yang ideal. Melihat kejadian apa adanya.
oom lama gak nulis yah…
“melihat apa adanya..”
jadi tanpa emosi yah? semuanya mekanisme sebab akibat… tanpa tujuan…
nanti lah dicoba dulu… dirasa-rasain…
tengkyu yah…
rasanya kurang pas juga kalo tanpa emosi, mungkin lebih tepat tanpa nafsu kali ya?
kenapa harus ada “menang-kalah” sih? *miris*
kesannya malah mengesampingkan apa yg sebenarnya dicari,
hmmh…, malang nian nasib “kebenaran” itu.
iya, kenapa ya mbak?
apa mungkin karena yg dipertaruhkan adalah ego dan bukannya kebenaran?
kayak kejawen menurut saya, sinkretis, berusaha mengumpulkan berbagai perspektif.
Walah, kejawen gitu ya? *sibuk buka buku kejawen lagi*
::Dan, bukankah tustelpun telah memberi pelajaran…, apalagi yg telah praktik dengan tustel tersebut…
apalagi yang menjadi tustel itu.
link debatnya dong kang dana? hehehe 🙂
*penasaran*
debatnya di tv one.
mu di hajar lagi tuh kang! :))
iya euh, lagi kaco emang.
Sip! Postingan ini sudah cukup menjadi trigger buat saya untuk segera merilis postingan mengenai Islam dan Alirannya (secara komprehensif) secepatnya.
*ingetkerjaanyangmasihbelumkelar*
*damn!*
ok, ditunggu postingannnya.
*jangan sampai kerja mengganggu blog*
rrr… itu nggak kebalik mas? ^^a
maksudnya jangan sampai blog ngganggu kerja? 🙄
Tuhan adalah “ruang kosong”
Ruang kosong itu adalah
Kanvas khayalan tiada batas
Tiada awal tiada akhir
Ada dalam tiada
Di atas kanvas kosong itulah
Para nabi merajut impian
Melukis dan mengukir sejuta bayang-bayang
Wajah tuhan
Yang tak pernah bisa disentuh oleh siapa pun
Lukisan itu hanya dapat terlihat
Ketika kita membayangkan
Lukisan itu “ada”
Lukisan di atas kanvas kosong
Telah memenuhi dan menguasai
Segenap sudut ruang imajinasi
Di sana ada sejuta bayangan
Yang hanya bisa dikunjungi
Lewat mimpi-mimpi
0h mimpi yang sangat menakjubkan
Yang dapat membunuh
Sel-sel syaraf rasional
Di atas ruang kosong itulah
Mimpi-mimpi itu terus dipacu dan mengembara
Menembus langit ke tujuh
Membawa dan menaburkan
Sejuta cerita mistis
Yang dibalut dengan “kain wahyu”
Melalui ruang kosong itulah
Tuhan, dewa-dewi, malaikat, syaitan dan jin,
Kerajaan surga dan wajah neraka
Dilahirkan oleh para nabi
Kemudian agar ciptaannya hidup
Ditiupkanlah “ROH” dengan seribu satu versi
Mereka menyembahnya dan memujanya
Menangis, tertawa dan segala permohonan
Ia ajukan kepadanya
Akhirnya manusia telah menyembah
Rekayasa pikirannya sendiri
Memuji-muji khayalannya sampai mati
Ada lagi pemuja berhala
Berhala lahir dari sang pemahat
Wajah berhala adalah wajah para dewa
Yang bermula dari jelajah alam maya
Alam maya yang tak pernah tidur sedetik pun
Selalu mengusik dan memanggil
“Ayo, dekatkan dirimu padaKu”
Di tangan pemahat
Jarak jauh itu direkatkan
Dalam bentuk wajah berhala (patung)
Terbentanglah jembatan komunikasi
Sekarang…..
Pemuja itu dapat merapat
Tertawa, menangis, memohon kepada para dewa
Dewa itu dekat dihadapannya
ternyata berhala juga yang ada.
lebih senang mana….? pakai bingkai atau tanpa bingkai…? kembali kepada kesukaan masing-masing
yah, manusia memang diberi kebebasan.
Elllooooohh…Kang Dana,
“Sebaiknya sebelum memutuskan , lihat dulu pendapat pihak yang satunya. Itu adalah syarat minimal “…( Dana wrote )
Umumnya seh klu PENDAPAT entuh DIDENGERIN apa DILIHAT yah Kang???
Melirik Kang ZAL yg lagi nenteng TUSTEL….
maksudnya sama aja mbah. 😛
hihihi…. asyik nonton ah ada mbah gundul lagi bengong mikirin melihat atau mendengaaar eh ada tukan foto keliling…. ooooo wartawaaan ya sejak kapan Kang Zal jadi wartawan hehehe… dunia di bingkai yayaya dibingkai dengan pembenaran menurut kaca mata masing masing ya ciloko hehehe,… spiritualitas adalah membuka diri lebar lebar demi membuat yang kaku menjadi luwes.. bukan bertambah kaku….. kecuali mbah gundul dan kang Zal senengannya tuh membuat yang lembek menjadi keras dan kaku,,……. hiiiiiiiii kabuuuuuuur
*ikut nonton*
melihat kejadian apa adanya??
lha, bukannya sudah??
memang yang dilihat itu apa kalau bukan kejadian yg apa adanya itu??
wah, jika sudah, maka saya makin bingung : “mengapa bisa melihat berbeda ya?”
*matiin lampu biar gak ada yang bisa melihat*
posyingannya luar biasa bos