Woro-Woro !!!
Ada apa sih ribut-ribut?!!! Mengganggu orang tidur aja!!!
Begini , ada sedikit pengumuman dari penulis blog ini untuk kemaslahatan umat. Saya sang pemilik blog ini, mengumumkan bahwa ada penambahan kategori di blog ini. Kategori tersebut saya label dengan Perjalanan Jenar. Di mana dalam kategori ini akan memuat artikel-artikel yang mengisahkan kehidupan dari seorang tokoh fiktif yang bernama Jenar. Bayangan saya adalah artikel-artikel tersebut akan berisikan renungan renungan , romantisme, kemanusian, kisah penemuan jati diri, keber-agama-an, dll lagi pernak-pernik kehidupan dari seorang Jenar yang merupakan seorang manusia laki-laki yang kadang mempunyai pemikiran-pemikiran terasa aneh bagi kalangan awam. Kisah-kisah dari Jenar ini di ceritakan tidak akan runtut berdasarkan waktu kejadian. Jadi bisa saja kisah ketika Jenar sudah kakek-kakek duluan, baru kemudian ada kisah ketika dia masih anak anak. Pokoke tergantung ide yang menghampiri si penulis blog ini ajalah.
Oh begitu toh. *manggut manggut* Lantas sebenarnya apa alasan di balik penulisan kisah Jenar ini? Toh tanpa seorang tokoh Jenar juga masih bisa bercerita kan?
Iya bisa sih, tapi setelah di pikir-pikir secara seksama, mungkin ini hanyalah sebuah cara bagi saya untuk mengamankan diri dari ad hominem, sehingga dapat menyampaikan pemikiran-pemikiran secara lebih bebas melalui tokoh Jenar ini. Dan semoga saja jika ada tingkah laku Jenar nyeleneh, misalnya dia mengaku nabi atau mengaku Tuhan sekalian, toh yang bakalan di hujat ya Jenar sendiri. Jadi intinya tokohJenar ini dipersiapkan jadi menjadi tameng bagi penulis blog ini, agar dapat lebih bebas mengeluarkan pikiran pikiran yang kadang anehnya minta ampun. Apalagi jika sudah menyangkut agama, Tuhan, dan spiritual. Biarlah yang kontroversi menjadi bagian dari kehidupan Jenar. Soalnya bukankah nama Jenar adalah nama lain dari sebuah kontroversi yang tiada akhir? π Dan juga karena Jenar tokoh fiksi, maka saya sendiri berharap akan dapat lebih bebas mengalirkan ceritanya sekehendak hati saya. Itung-itung belajar jadi Tuhan. π
Hanya itu alasannya? Tidak ada lagi alasan lainnya?
Oh iya, satu lagi, berdasarkan hasil chating dengan seseorang yang saya kagumi cara menulisnya, maka dalam cerita si Jenar ini sebisa mungkin, saya akan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sesuai dengan nasehat beliau, agar dapat menulis seindah tulisan tulisannya. Yah, itung-itung kisah Jenar ini juga sebagai bahan latihan untuk menulis dengan cara yang baik dan benar. Jadi mohon bantuannya semua pembaca untuk mengoreksi nantinya, jika ada sesuatu yang salah dalam penulisan di kisah perjalanan Jenar. Tapi kalo tulisan yang bukan kisah Jenar, akan tetap seperti apa adanya sekarang ini.
Jadi kapan kisah Jenar ini mau di publish?
Hem, sepertinya dalam waktu dekat ini, sebab sekarang ini sudah ada satu artikel mengenai kisah hidup Jenar ini, yang sedang dalam tahap polesan akhir.. Jadi nantikanlah !!!
Ok, saya sudah tidak sabar menantikannya. Saya yakin kamu bisa menghasilkan karya yang brilian.
*tersipu narsis*
kayanya bakalan seru neh π
ditunggu, bang!
caplang benar…
Tak semua yang kau lihat, yg kau dengar, yg kau … (lupa apa lanjutannya)
#Siap2 nyiapin pisau merk kritisan …
ditunggu π
*nunggu edisi pertama*
Trik yang bagus nih Mas Dana untuk menangkis komen2 ad hominem. “Jenar!” Ada dua nama yang sempat mampir ke benak saya ketika ingat nama ini, “Syekh Siti Jenar” dan “Jenar Mahesa Ayu”. Melihat resume-nya, kayaknya kok lebih mendekati Jenar yang pertama yang memiliki pemikiran2 aneh di luar logika awam π Maaf kalau salah.
*Setia menunggu tokoh Jenar segera muncul di blog ini*
whoa…. ditunggu kisahnya π
Pengumumannya aja sudah mencerahkan…
Aku takut postingnya akan membuatku terbakar.
Para sufi memang selalu punya api!
tuh kan uda kubilang, om dana itu mang tuwa, tuwa umur, tuwa pemikiran, tuwa lah pokoke
*siap2 minta ganti rugi kalo aku kejebak lagi dalem kontemplasi akibat pengaruh om dana*
Di tunggu postingan perdananya, bang..
Ide bagus, bro. Biar lebih enak dicerna kalo dibaca dan memang cocok buat mblokir port ad-hominem π
Aku jadi pengen nulis tentang Hamzah Fanshuri juga. Sayang, belum cukup saja bahannya π
ibarat menunggu tayangan film baru, biasanya ada press conference…. narasinya cukup jelas: mau mengenalkan tokoh bernama Jenar dengan segudang keanehannya wwwo bakal seseru film-film horor
Kedua, saran dari “guru bahasa” ngeblog sebaiknya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan mendingan (eh maaf salah). Izinkah saya nanti akan mengamati dan belajar bagaimana menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan mendingan itu eit salah lagi maksudnya yang baik dan benar. π
Memang lebih aman beropini lewat tokoh fiktif :))
Saya ikut nunggu aaaah…
*ngasih feed ke inezha*
@caplangβ’
Wah, nggak janji juga sih bakalan seseru anggapanmu plang. Sebab ii kan hanya iklan, dan iklan biasanya di buat agar menarik? π
@Herianto
Di tunggu pisau kritisannya menggoreskan makna. π
@itikkecil
Silahkan bersabar ria menunggu mbak. π
@celo
Silahkan ikut menunggu. Tapi perlu di inget kalo tulisan ini hanyalah iklan. π
@Kopral Geddoe
*Menyiapkan edisi pertama*
@Sawali Tuhusetya
Hehehe… iya pak , semoga saja bisa efektif. Lagian saya liat cerpennya pak sawali, kok enak banget gitu. Jadi saya coba ikut ikutan lah pak.
Ah, jenarnya bisa jadi jenar siapa aja pak, tergantung mood penulis aja. π
@Tito
Ok to. π
@Toga
Ah, nggak bakalan sedahsyat itu kok bang. π
@ordinary
Dasar mbak may ini. Berpikir brilian bukan berarti tua. π
*menyiapkan tulisan dengan tingkat kontemplasi yang menyandu*
@qzink666
Ok, tinggal menunggu waktu yang tepat.
alex
Semoga memang tepat guna bro.
Di tunggu kisah hamzah fanshurinya. Btw emang cerita tentang dia banyak nggak beredar dari mulut ke mulut di aceh? Kan bisa jadi bahan tuh bro.
@Kurt
Semoga niat awal ini bisa terakomodasi ya pak. Kalo tidak, ya semoga bisa di maklumi aja. π
@Guh
Semoga sabar dalam menunggu. π
lho2…saya kok ketinggalan, saya ikut2an yg lain ajah
*duduk disofa, ambil remote tipi, nonton Cinderella nya Cinta π *
makan2 ga ada yah

*semoga ga dikasih makan jenar-jenar gitar*
*manggut-manggut*
*duduk manis*
*menunggu edisi pertama*
Aku pendekar yang baru turun Gunung …
*membayangkan Jenar Mahesa Ayu*
mudah2an gambaran tokohnya cukup sensual :p
pinjem pisaunya Bang Herianto, aku punya apel nih bang
rencananya nunggu dulu, baru komen. cepatlah!
salam buat mas jenar dari parto
Langka ditemukan. Buku-bukunya saja susah… sebagian besar dibakar di zamannya Nuruddin Ar-Raniry π
@joyo
Cinderelanya cantik ngga yo? π
@almascatie
*sodorkan jenar jenar gila*
@warnetubuntu
*menyiapkan edisi pertama*
@Salman Aljazuli
Selamat kisanak, ilmu pasti dah mencukupi jika telah turun gunung.
@brainstorm
Mungkin wanita wanita di sekitarnya yang akan se sensual itu. π
@Dee
Menanti apelnya di kupas.
@panda
Silahkan menunggu dengan sabar, soale lagi macet.
@baliazura
Entar di sampaikan salamnya.
@alex
Bener bener di babat habis berarti tuh. π¦
Tiket masuk kemari hamipr kehabisan, ternyata tayangan yang dimaksud belum diputar juga … π
*akhir-nya kembali bisa ngeblog lagi*
Ada apa bro, ini lagi nerima wahyu baru? π
*siapin diri buat meng-hujat* π
*bersiap-siap komen* π
baru tahu nih kalo ceritanya bgitu,,,
btw…dari tadi pisaunya dimainin terus, nusuknya kapan, he..he..
Pisauku bisa karatan nih Dana … π
Untung lagi musim mangga, jadi korban pisauku sementara…
#Ah ini pasti permainan dari ilmu marketing … π
@kurtubi
Tayangannya di tunda dulu. π
@extremusmilitis
Yah sejenis itulah. Tafi menghujatnya entar dulu, soale masih di tunda nih edisi perdananya. π
@cK
*menyiapkan anti virus*
@klikharry
Mungkin pisonya hanya buat berjaga-jaga aja.
@Herianto
Mungkin harus beli pisau baru lagi pak, soalnya masih tertunda nih kisah Jenarnya.
Ok Bro ditunggu kelanjutannya n salam kenal ya
Ok deh. Salam kenal juga. Btw, nggak punya blog ya bro?
*nunggu*
*berharap judulnya perjalanan tenar*
*atau perjalanan hana*
*nunggu lagi*
Sabar aja ya bu. π
Ooooh, ternyata saya baru mengerti… π
Wah, musti pake kamus dong bacanya. (Ahhh Bahasa beraaattt, Ohnoes!!111!1)
yup. inilah asal mulanya.