Kondom, HIV, Seks Bebas, dan Agama

Sudah jamak dewasa ini salah satu cara mencegah penularan virus HIV adalah menggunakan kondom jika berhubungan seks. Terutama bagi mereka para pekerja seks. Atau pencandu seks bebas. Dan jamak juga orang-orang yang merasa beragama itu selalu protes. Bahwa pengkampanyean pemakai kondom itu sama saja menganjurkan seks bebas. Seks bebas yang sangat dilarang oleh agama, dengan dihukum sebagai jinah. Sebuah dosa yang katanya sangat dilaknat Tuhan sang maha pengasih. Saking dilaknatnya, maka legal membunuh para penjina itu.

Saya punya logika tersendiri menyikapi kejadian tersebut. Bahwa sebenarnya orang yang menganjurkan pemakaian kondom itu bukannya hendak menganjurkan seks bebas. Mereka hanya merasa ternyata seks bebas tidak bisa dihentikan, bahkan oleh petinggi agama tersuci sekalipun. Maka mereka berpikir daripada menyerah pasrah akan penyebaran virus HIV melaluinya, mereka memilih untuk mencegah dengan alat kondom. Bukan denga melarang seks bebas, yang memang tidak bisa hilang dari jaman dulu , walau sudah banyak Nabi dan orang suci diturunkan oleh Tuhan. Mereka berpendapat silahkan berjina sepuasnya tapi dengan syarat harus memakai kondom. Agar virus HIV itu tidak menyebar.

Di lain sisi, saya juga melihat bahwa orang-orang beragama yang menyerang pengkampanyean kondom ini tidak punya solusi juga bagaimana sebaiknya melawan virus HIV yang menyebar dari seks bebas ini. Secara teori sih , memang mereka punya solusi untuk mencegahnya dengan kembali ke jalan agama. Tapi kenyataanya apa seruan tersebut berhasil? Jika saya yang ditanya, maka berdasarkan kenyataan yang saya alami sih tidak berhasil, bahkan sepertinya gagal total. Nah, jika kenyataannya seruan tersebut gagal, apa lantas dibiarkan saja virus HIV itu menyebar.

Apa mungkin kita biarkan saja dengan menganggap itu adalah hukuman Tuhan akan dosa zina yang terjadi? Mereka-mereka yang terkena memang sudah layak terkena. Duh, rasanya malah jadi pembunuh berdarah dingin ya. Sementara kita tahu pemakaian kondom bisa mencegah penyebaran virus tersebut. Walau memang yang paling efektif sih, hidup bersih dalam melakuka seks, alias jangan gonta-ganti pasangan. Lebih bagus lagi seks setelah menikah. Tapi toh kenyataannya yang namanya seks bebas itu tidak pernah benar-benar bisa hilang.

Juga buat para manusia yang sangat beragama, kenapa tidak instropeksi saja tentang mengapa ajaran agama tersebut ternyata tidak efektif mencegah penyebaran HIV selama ini. Jangan malah terlalu sibuk menyalahkan orang-orang yang menganjurkan kondom sebagai alternatif pencegahaan. Terlalu sibuk hingga tidak melakukan tindakan apa-apa untuk mencegah penyebaran virus HIV ini. Ingatlah ketika menunjuk orang lain, maka empat jari malah mengarah pada diri sendiri. Jadi sebaiknya dilihat dulu sebab kegagalan ajaran agama selama ini, setelah itu perbaiki sehingga dapat efektif mencegah seks bebas tersebut.

Jika agama telah efektif berhasil secara nyata dalam mencegah seks bebas, maka segencar apapun pengkampanyean kondom, maka saya yakin, orang tidak akan menggunakannya untuk seks bebas. Sebab agama telah berhasil meyakinkannya untuk tidak melakukan seks bebas. Atau supaya lebih nyelekit, dapat saya nyatakan bahwa ketika anda takut kampanye kondom akan menyebabkan orang menjadi pelaku seks bebas, maka secara tidak langsung anda telah meragukan kekuatan agama.

Anda tidak yakin ajaran agama bisa bersaing dengan kampanya penggunaan kondom sebagai alat pencegah penyebaran virus HIV. Jika memang benar begitu, maka tidak usah heran ketika ada orang yang menyebut agama telah gagal dalam memerangi HIV. Atau jangan heran juga jika nanti kondom akhirnya menggantikan agama yang ada, karena ternyata lebih berguna bagi kehidupan. *ah, semoga kalimat yang terakhir hanya karena saya terlalu berlebihan. *

72 Tanggapan to “Kondom, HIV, Seks Bebas, dan Agama”


  1. 1 frozen Februari 28, 2009 pukul 9:10 pm

    Idem! 😀
    Tapi meski demikian, saya masih percaya, kultur bisa diubah dimulai dari agama (agama kan punya kekuatan memaksa). Dan seperti yang mas dana katakan, karena agama tidak banyak menyentuh perkara privat keseharian (anda menyebutnya “tidak berguna bagi kehidupan”), maka tak salah bahwa ajaran agama (yang kebanyakan hanya persuasi), bisa kalah bersaing dengan kampanye domkon ini. 😛
    .

    Ingatlah ketika menunjuk orang lain, maka empat jari malah mengarah pada diri sendiri.

    😯
    .
    QUOTE OF THE DAY! 8)

  2. 5 almascatie Maret 1, 2009 pukul 1:09 am

    rasul kondom???

    😯

    agama makin diragukan keberadaannya.. tapi pada saat yang sama kita pun menuntut agama untuk merubah manusia.. gimana bisa menganggap agama sebagai solusi akhir jika tiap orang aja ga pernah menganggap agama sebagai penyelesaian akhir dari hidup di dunia….

    berpetualang dulu… agama diyakini kalo dah tua…

    • 6 danalingga Maret 1, 2009 pukul 10:19 am

      Kita? Kamu kali. 😆

      Tuntutan itu karena ada klaim bahwa agama adalah solusi. Dalam hal ini terhadap penyebaran HIV. Tafi belum ada buktinya sih. 🙄

      • 7 almascatie Maret 1, 2009 pukul 8:26 pm

        buktinya sudah ada kok… apakah orang yang meyakini agama bisa kena aids?? aku rasa 99 persen ga deh… 1 persennya adalah faktor hal lain yang menjadikan seseorang menderita HIV….
        pertanyaannya apakah kita ato kamu ato aku sudah meyakini agama?? kalo belom yakin ama agama yah sama aja hasilnya..

        • 8 danalingga Maret 1, 2009 pukul 9:08 pm

          Oh, maksudnya gitu. Yah, memang agama bisa membuat orang tidak terkena AIDS. Begitu juga dengan kondom. Semoga dengan begitu kita menyadari bahwa kondom sama saktinya dengan agama. 😛

          • 9 almascatie Maret 1, 2009 pukul 9:29 pm

            Semoga dengan begitu kita menyadari bahwa kondom sama saktinya dengan agama
            😆

            *usap2 bulu kaki*
            :mrgreen:

            • 10 pada ngawur Maret 2, 2009 pukul 5:41 pm

              Semua asumsi /pendapat sa’karepe ndewe’

              Kita berfikir obyektif. Banyak yang beranggapan bahwa agama tidak bisa menjadi solusi terhadap penyebaran HIV. Ini orang kurang cerdas dalam berfikir.

              Sekarang kita dongeng/bercerita. Bagi yang beranggapan bahwa agama tidak bisa jadi solusi karena mereka, orang yang beranggapan tersebut dalam menerima/memberi(mendakwahkan) agama tidak secara kaffah. Agama itu kompleks men….Ada ilmu tauhid ilmu fikih kalo kata Aa Gym ada ilmu menejemen Qolbu dal ilmu lainya…sehingga kalo ada orang yang mempunyai masalah/akan terkena masalah terkait HIV dan masalah itu diibaratkan sebesar 60% sedangkan agama yang ia terima cuma sebesar 10% maka manalah mungkin agama yang 10% mampu menjadi solusi terhadap masalah yang 60%.

              Ada contoh, misalkan si A menerima sub agama berupa ilmu tauhid dengan kapasitas 80%, dia menghadapi kondisi lingkungan HIV dengan kapasitas 10% maka yakinklah ia tidak akan tergoda oleh masalah terkait HIV yang hanya 10%,karena ia punya solusi(sub agama-ilmu tauhid) yang 80% tersebut.Lebih besar. Manalah mungkin orang beriman yang hatinya sedang mengingat Allah melakukan zina. Mustahil.

              Dongeng lagi, Anda beranggapan kondom sebagi solusi karena anda menerima/memberi (mengkampanyekan) kondom secara kaffah, seluruh wujud dari kondom itu.Kondom yang utuh. ya jelas anda bisa mengatakan kondom sebagai solusi. tapi coba anda menerima(memakai)/mengkampanyekan kondom cuma sebagian, ntah itu pangkalnya doang, ato ujungnya doang atau mungkin cuma bungkus/sachetnya dong, beranikah anda mengatakan kondom sebagi solusi?

              Kesimpulan:
              Kalo anda berpendapat kondom sebagai solusi karena menerimanya secara 100% utuh wujud kondom, maka anda juga harus sportif dengan menerima/mendakwahkan agama seca 100% pula,utuh. Ini baru adil. Orang menerima agama cuma separo-separo ya jelas mudah goyah…

              Kalo ada yang beranggapan bahwa agama tidak bisa jadi solusi karena dia tidak menerima agama secara utuh alias imanya rapuh/tipis. kalo kita tidak punya agama/agama cuma label sedangkan faham/ajaran dari firasat akal yang terbatas jangan belagu bicara kekurangan agama. Karena bukanlah agama itu kurang tapi kita yang kurang terhadap agama.

              Wakafa billahi waliyyau, wakafa billahi nashiro…
              Cukuplah Allah sebagi pelindung dan cukuplah Allah sebagai penolong.

              • 11 danalingga Maret 2, 2009 pukul 7:35 pm

                Mari saya kutipkan kepercayaan saya akan kesaktian agama:

                Jika agama telah efektif berhasil secara nyata dalam mencegah seks bebas, maka segencar apapun pengkampanyean kondom, maka saya yakin, orang tidak akan menggunakannya untuk seks bebas. Sebab agama telah berhasil meyakinkannya untuk tidak melakukan seks bebas. Atau supaya lebih nyelekit, dapat saya nyatakan bahwa ketika anda takut kampanye kondom akan menyebabkan orang menjadi pelaku seks bebas, maka secara tidak langsung anda telah meragukan kekuatan agama.

                Jadi selama hal diatas tidak terjadi maka dengan amat menyesal saya nyatakan agama masih gagal.

              • 12 Embuh Maret 19, 2009 pukul 10:24 am

                Bagaimana kalau ambil jalan tengahnya! supaya lo semua ndak pade ribut, Agama + Kondom, ato Agama Kondom.. Setuju kagak?

  3. 15 Kang Klipper Maret 1, 2009 pukul 11:54 am

    Bung Dana,
    “maka tidak usah heran ketika ada orang yang menyebut agama telah gagal dalam memerangi HIV”.
    Ngga heran kok. Memerangi HIV adalah tugas manusia bukan tugas agama. Jangan ajak-ajak Tuhan untuk hal-hal yang masih bisa dilakukan oleh manusia. Setelah kita.. eh salah .. saya tidak dapat menyelesaikan sesuatu hal barulah saya memohon kepada Tuhan.
    Kasihan Tuhan kalau hanya untuk hal-hal yang sepele kita… duh salah lagi… saya mohon terus. Kita… wah salah lagi… mangsudnya saya jadi cengeng dan manja. Merengek melulu.

    “Mereka-mereka yang terkena memang sudah layak terkena.”
    Pengidap HIV tidak selalu harus disumpahin atau dibunuh.
    Penyebaran HIV tidak selalu dari hubungan sex. Dari jarum suntik juga bisa. Komposisi-nya berapa persen cari aja di Google.

  4. 17 muridnya suhu Maret 1, 2009 pukul 1:10 pm

    waduh bang, temanya.. 8)
    eh, ada yg mengganjal nih..

    1. jika tujuan Kondom-isasi(?) ini memang untuk mencegah penularan virus HIV, apa sudah terbukti tuh? Seinget saya meski kondomisasi sudah lama berlangsung, angka penyebaran HIV tetap tinggi 🙄 (maaf, ini sih dari kacamata saya lho ya)

    2. Setau saya, awal kondom dicipta kan untuk mencegah masuknya sperma kedalam rahim, Lha ukuran sperma itu lho brp mm? dibanding ukuran virus HIV yang se-per juta itu (0,000001 mm). Kupikir…, ya masih bisa “lolos” lah.

    3. dlm Kaitannya dengan agama, saya rasa, semua agama tidak ada tuh yg membolehkan zina. trus knp masih ada aja? kupikir.. skalipun MUI melabelkan “haram” atau “halal” gak akan mengikat2 amat, gak ngaruh, selama pribadi itu hanya menganggap agama sekedar budaya, institusi tanpa makna.

    4.

    ..ada klaim bahwa agama adalah solusi.. Dalam hal ini terhadap penyebaran HIV.

    wow, saya baru denger nih *catet*
    .

    *baca tulisan sendiri* 😯
    *pasti dibunuh suhu Dana abis ini*

    • 18 dana Maret 1, 2009 pukul 4:03 pm

      1. Lah, itu karena kondom belum merakyat. Habis selalu ditentang kampanyenya sih. 😆

      2. Itu hoax.

      3. Itulah betapa agama belum bisa efektif mencegah HIV. Jadi ya silahkan instropeksi, jangan malah sibuk ngerusuhin orang yang menganjurkan kondom.

      4. Coba lebih rajin surfing ke blog blog agamais, maka akan sering menemukan hal tersebut. 😀

  5. 21 Guh Maret 1, 2009 pukul 1:31 pm

    Jika sales agama aja udah ga yakin sama keampuhan dagangannya, gimana orang tertarik beli?

    KOmentar alternatif:

    Ini pasti tulisan orang yang suka beli dan memakai kondom, berusaha mencari pembenaran untuk melakukan seks bebas, pasti, ini pasti!!

    *mencari cara menunjuk-nunjuk tanpa membuat 4 jari menunjuk diri sendiri*

  6. 23 godamn Maret 1, 2009 pukul 1:39 pm

    agama = kondom….
    sama-sama menyelubungi…. hihihihi…..

    freeseks = kondom berlubang….
    jangan dipake deh…. bahaya….
    mending jangan pake… nggak enak juga….
    katanya sih…
    hiks hiks hiks……

    hawaaaa… hawa….
    kamu sih…. makan buah sembarangan….. jadi aja mikir…..
    kan mumet….!!! dasar…..

  7. 25 HenQ Maret 1, 2009 pukul 6:49 pm

    Heran… hampir semua tanggapan kok terkesan tidak mampu menangkap hakikat/esensi dari penyampaian2 bung Dana (di semua topik lho). Jangan2 demikian juga yang terjadi dalam pemahaman Agama, hukum pidana/perdata, undang2, dll yang sejenis. Ada lagi yang lucu nech, masak sech Tuhan harus dikasihani… Mereka pikir Tuhan tuh siapa…

    • 26 Guh Maret 1, 2009 pukul 7:13 pm

      Emang hakekat (tulisan ini saja deh) yang sebenernya apa? Saya juga kurang nangkep nih. Malah jadi penasaran sama kondom dotted yang katanya punya banyak ‘cenilan’.

      masak sech Tuhan harus dikasihani… Mereka pikir Tuhan tuh siapa…

      Mungkin mereka yang kasihan itu prihatin, Tuhan kok nasibnya gitu banget, agama yang katanya asli dariNya dipermainkan, bahkan oleh para salesnya sendiri. Nabi-nabi, yang katanya utusan langsung dariNya selalu dilecehkan, bahkan oleh umatnya sendiri. ManajemenNya juga sering berantakan, daerah yang perlu hujan malah kekeringan, yang kebanyakan air malah hujan sampai banjir, dll… dll.. Bahkan agama yang konon tujuannya biar manusia tidak kacau malah jadi sebab peperangan dan penebar kebencian.. Melasi banget lah.

      Dan khusus soal kondom ini, aduh, melihat prilaku para agamawan yang mencak-mencak saya juga jadi prihatin… tapi tidak sampai kasihan sih. Memangnya Dia itu siapa.. Tul ga Mbak? 😛

  8. 27 HenQ Maret 1, 2009 pukul 8:23 pm

    @ Guh:
    Hhaallahh aku udah sembrono nih berkomentar. Tidak selayaknya aku menuduh seperti itu ya Mas. Padahal sudah Sunnatullah bahwa kehidupan ini identik dengan keragaman (relevan dengan Renunganku poin 15). Yach… Menurut aku sech (menurut aku lho) esensi yang aku tangkap dari tulisan Bung Dana itu ingin menyampaikan bahwa selalulah berprasangka positif dan hati dingin dalam menyikapi setiap aksi sosial yang terjadi di bumi Allah ini. Tapi itu menurut aku lho Mas (mohon koreksi). Kalo ade sale-sale kate maapin aye ye…

  9. 28 godamn Maret 1, 2009 pukul 8:42 pm

    ya ituh…. aku tuh bingung….

    aku punya temen juga di Asmat sana…
    dia kena Aids n nularin ke istrinya yang lagi hamil…
    ketahuannya juga karena istrinya ke dokter karna sakit-sakitan…

    nah… aku mesti nyalahin siapa?
    nyalahin ulama ma pendeta yang dah cape2 berusaha ngomongin seks bebas tuh salah…
    nyalahin tukang kampanye kondom yang cape2 juga cegah penularan…
    aku mah mendingan nyalahin dia aja deh….

    sialan lu bro…. elu mah nggak sayang ma istri ma anak lu…
    karena elu mereka sekarang sekarat… untung ortu lu baik…
    lu sadar nggak sih… lu tuh dah ngerepotin ortu lu juga…
    elu juga dah bikin berantem ulama, juga pendeta ma orang dinas kesehatan…
    mewek lagih… dasar…. tuh beresin… ngomong…. ma mereka semua… jelasin…
    untung luh… agama sekarang dah “gak mampu” merajam orang…
    elu mah takutnya kalo mati dirajam aja sih… ma akibat aids mah elu gak ada takutnya sama sekali… dah dibilangin banyak orang juga….
    karena lu juga… gua jadi nyalahin setan ma hawa…
    kan kasihan setan ma hawa … jadi kebawa-bawa juga…. dasar….

    @frozen
    emang pemuka agama masih punya kekuatan memaksa gituh…?
    digubris aja kagak…
    kenapa yah? karna sering makan duit haji kali yah….?
    ato karna sering melarang kesenangan aku yah…? kayaknya yang ini deh…!
    untung aku gak hidup di Iran…. tiran di sana mah katanya….
    yah empat jari deh… dasar…
    kurangin satu aja lah… satu buat ulama ma pendeta… buat aku tiga aja lah…boleh yah…?

    • 29 danalingga Maret 1, 2009 pukul 9:13 pm

      Yah, jangan salahin siapa siapa. Mendingan terus meneruskan hidup dengan sebaik-baiknya jika sudah terlanjur.

      Tafi jangan pula saling menyalahkan antara yang pake agama dan yan pake kondom.

      • 30 godamn Maret 2, 2009 pukul 4:01 pm

        abis aku mah gemes ma temenku itu teh…
        ibunya bapaknya baik lagi… jengkel tapi gak bisa ngapa-ngapain…
        di sini aja aku ngedumel teh… aslinya mah cuma bisa ngehirup nafas panjang aja..
        kasihan sih lihat dia mewek mah… tapi ngejengkelin…
        kalo bukan temenku mah, males ngomong juga… peduli amat deh…

        makasih deh buat nasihatnya…. itu kan gunanya temen…

    • 31 zinnia|eglantine Maret 2, 2009 pukul 11:23 am

      Yang dikatakan frozen sepertinya adalah “agama” sebagai ajaran per se, bukan “pemuka agama” yang kerap diidentikkan sebagai pemegang otoritas (agama) yang sah.

      • 32 zinnia|eglantine Maret 2, 2009 pukul 11:24 am

        Maaf, saya lupa membubuhkan keterangan. Komentar saya di atas ditujukan kepada saudara godamn. Silakan jika hendak disanggah.

        • 33 godamn Maret 2, 2009 pukul 5:14 pm

          pemahamanku salah ya…?

          yah menurut pemikiranku.. yang bisa maksa kan cuma pemegang otoritas..
          agama mah diturut sukur.. kalo nggak, paling resiko ditanggung sendiri.. beres…
          ayat KUHP aja nggak bisa maksa… pemerintah yang diakui kekuasaannya yang bisa mah….
          kalo yang nggak diakui mah, boro-boro deh.. maksain KUHP juga dilawan kan..?
          agama juga kayaknya sama deh… udah ayatnya dilawan… pemegang otoritasnya nggak ada, karena nggak diakui.. mana bisa maksain.. paling dicerca..

          ya gitu deh pemahanku mah…

  10. 34 HenQ Maret 1, 2009 pukul 9:41 pm

    Hahaha… Mungkin Tuhan tertawa geli ya (bukan murka kali yee) melihat tingkah polah kita… Hihihi lucu-lucu, layaknya kita mengamati anak-anak kita yang masih balita sedang bertengkar (tentunya kita tidak akan memihak salah satu dari mereka bukan?)… Eit komentarku kok keluar dari konteks, hapunten ach…

  11. 35 Kang Klipper Maret 2, 2009 pukul 12:33 am

    @HenQ:

    Tuhan bisa ketawa? Loh, emang Tuhan punya mulut?

    He…he… esensinya sama aja dengan “Ada lagi yang lucu nech, masak sech Tuhan harus dikasihani… Mereka pikir Tuhan tuh siapa…”

    Kadang beberapa orang merasa lebih bijak dari orang lain, tapi baru beberapa komen berlalu jadi kelihatan asli-nya dah.
    Sangat sulit untuk menempatkan diri sebagai pengamat, karena harus memiliki intelegensia dan pengetahuan yag super dibanding dengan yang diamati.
    Saya sih lebih seneng jadi pemain aja, kalau salah paling dilempar sandal atau botol aqua. Tapi tetep boleh main.
    Kalau pengamat yang salah, biasanya disumpahin, dipecat terus diganti pengamat lain yang lebih top.

    Ah sudahlah. Semua buat saya sih oke-oke aja. Saya juga ngga bijak amat lah. Pemahaman yang tersirat itu memang berbeda untuk setiap orang. Yang ada di pikiran itu kan hanya angan-angan tentang Tuhan. Tergantung kemampuan kita berangan-angan, berfantasi. Yang katanya udah pernah melihat Tuhan juga masih bermain dalam lingkup fantasinya. Cuma lebih pede kalau berdebat, karena ada bukti pengalaman ekstasi, ada kartu membership dan ada bukti guru mursyid pelatihnya.
    Kalau memang udah dekat dengan Tuhan, ngga mungkin mau blogging atau bikin comments. Diam itu lebih baik dari emas. Diam itu menghindarkan diri dari kedholiman.

    Jangan-jangan sekarang Tuhan lagi googling mau bikin website “The Final Truth”. Emang Tuhan ngga bisa googling? Ha.. ha… sekarang makin seru nih.

    Coba saya cari jawabannya:
    1. Ya, Tuhan bisa googling, tapi ngga mau.
    2. Ya, Tuhan emang lagi googling.
    3. Tidak, Tuhan ngga bisa googling (yang ini jelas salah)
    4. Tidak, Tuhan ngga googling karena ngga mau.
    5. Tidak, Tuhan terbebas dari berbagai urusan keduniawian seperti googling itu.
    6. Ngga tau dah, saya juga belum kenal Tuhan dengan baik.

    Saya lebih cocok dengan yang nomor 6. Bagaimana dengan Anda semua?

    Hmmmm, ini baru satu topik yang debatabel tentang Agama dan Tuhan. Gimana ribuan topik lainnya yah…

    • 36 HenQ Maret 2, 2009 pukul 10:33 am

      @Kang Klipper:
      Huahaha… saya suka ini, semakin jelas kan kelemahan manusia. Jadi… kenapa kita selalu ingin menjadi yang “TER”… Saran saya sech sudahlah kita saling menghargai pendapat orang lain, seandainya kita perlu mengadakan aksi pelurusan ya mbok pakek cara-cara yang tidak menyinggung perasaan… Tanpa ada unsur paksaan. Islam tuh melarang kita untuk berdebat secara berlebihan lho… Makasih Kang Kritik’y…

  12. 37 zinnia|eglantine Maret 2, 2009 pukul 11:35 am

    Bukan denga melarang seks bebas, yang memang tidak bisa hilang dari jaman dulu , walau sudah banyak Nabi dan orang suci diturunkan oleh Tuhan. Mereka berpendapat silahkan berjina sepuasnya tapi dengan syarat harus memakai kondom. Agar virus HIV itu tidak menyebar.

    Anda tepat. Dalam Islam, contoh seperti inilah yang dimaksud dengan memperkecil “mudharat”/efek negatif dari efek negatif lain yang lebih besar. Kurang lebih demikian.

    note: apakah opini Anda ini akan Anda kampanyekan juga di forum-forum keagamaan yang rata-rata diisi oleh mereka-mereka yang fanatik? 😉

    • 38 danalingga Maret 2, 2009 pukul 7:42 pm

      Yah, saya memandangnya memang itu keadaan darurat. Saat agama belum menyentuh, lebih baik dilakukan penyelamatan darurat dulu dengan kondom. Toh, nanti kalo agama sudah menyentuh maka kondom bukan solusi lagi.

      Note : cukup disini saja deh, wong di sini saja agak capek balesin komentarnya.

  13. 39 Vicky Laurentina Maret 2, 2009 pukul 12:23 pm

    Patut saya tambahkan bahwa kondom tidak 100% mencegah datangnya HIV. Keefektifan kondom dalam menalangi sperma hanya 97%, apalagi untuk HIV yang jauh lebih keicl ukurannya ketimbang satu sel sperma. Sebaiknya para pemuka agama mencari tahu kenapa orang ingin melakukan seks bebas, bukannya menyalahkan mereka yang sudah ekcanduan. Selalu ada alasan ketidakpuasan bagi mereka yang menyalahi aturan agama, apalagi kalau para pemuka agama hanya mengemukakan dogma-dogma kosong belaka.

  14. 41 Abuya Alex© Maret 2, 2009 pukul 12:58 pm

    Jadi menganjurkan pemakaian kondom = menganjurkan seks bebas? Hohoho… iya, Dan. Itu logika semprul masih ada sampai hari ini… 😕

  15. 43 tukangobatbersahaja Maret 2, 2009 pukul 1:43 pm

    *sambil menyimak*

    Ada bbrp bahan dasar untuk membuat kondom. Sintetic atau rubber. Proses pembuatan berbanding terbalik dgn keamanannya.

    Obat ARV lini 2 lagi dikembangin pemerintah. Semoga aja penderita HIV ga tambah merana.

  16. 45 itikkecil Maret 2, 2009 pukul 2:08 pm

    ah… tak terhitung banyaknya saya menghadapi orang yang punya logika seperti ini… kondom = seks bebas…
    padahal prinsipnya tidak seperti itu… IMHO, tokoh agama, bukan agamanya loh ya, telah gagal menggunakan agama sebagai salah satu cara untuk mencegah penyebaran HIV dan AIDS.
    buktinya, lebih dari separuh para lelaki hidung belang yang jajan ke psk dan para banci-banci itu adalah suami orang.. dan itu artinya mereka mengabaikan larangan agama mereka sendiri untuk tidak berzinah….

  17. 47 uhuik Maret 2, 2009 pukul 4:18 pm

    Lho bukannya HIV AIDS adalah instrumen Tuhan untuk mencegah seks bebas?? Emangnya agama untuk melawan instrumen Tuhan….

    *linglung

  18. 49 pada ngawur Maret 2, 2009 pukul 5:44 pm

    Semua asumsi /pendapat sa’karepe ndewe’

    Kita berfikir obyektif. Banyak yang beranggapan bahwa agama tidak bisa menjadi solusi terhadap penyebaran HIV. Ini orang kurang cerdas dalam berfikir.

    Sekarang kita dongeng/bercerita. Bagi yang beranggapan bahwa agama tidak bisa jadi solusi karena mereka, orang yang beranggapan tersebut dalam menerima/memberi(mendakwahkan) agama tidak secara kaffah. Agama itu kompleks men….Ada ilmu tauhid ilmu fikih kalo kata Aa Gym ada ilmu menejemen Qolbu dal ilmu lainya…sehingga kalo ada orang yang mempunyai masalah/akan terkena masalah terkait HIV dan masalah itu diibaratkan sebesar 60% sedangkan agama yang ia terima cuma sebesar 10% maka manalah mungkin agama yang 10% mampu menjadi solusi terhadap masalah yang 60%.

    Ada contoh, misalkan si A menerima sub agama berupa ilmu tauhid dengan kapasitas 80%, dia menghadapi kondisi lingkungan HIV dengan kapasitas 10% maka yakinklah ia tidak akan tergoda oleh masalah terkait HIV yang hanya 10%,karena ia punya solusi(sub agama-ilmu tauhid) yang 80% tersebut.Lebih besar. Manalah mungkin orang beriman yang hatinya sedang mengingat Allah melakukan zina. Mustahil.

    Dongeng lagi, Anda beranggapan kondom sebagi solusi karena anda menerima/memberi (mengkampanyekan) kondom secara kaffah, seluruh wujud dari kondom itu.Kondom yang utuh. ya jelas anda bisa mengatakan kondom sebagai solusi. tapi coba anda menerima(memakai)/mengkampanyekan kondom cuma sebagian, ntah itu pangkalnya doang, ato ujungnya doang atau mungkin cuma bungkus/sachetnya dong, beranikah anda mengatakan kondom sebagi solusi?

    Kesimpulan:
    Kalo anda berpendapat kondom sebagai solusi karena menerimanya secara 100% utuh wujud kondom, maka anda juga harus sportif dengan menerima/mendakwahkan agama seca 100% pula,utuh. Ini baru adil. Orang menerima agama cuma separo-separo ya jelas mudah goyah…

    Kalo ada yang beranggapan bahwa agama tidak bisa jadi solusi karena dia tidak menerima agama secara utuh alias imanya rapuh/tipis. kalo kita tidak punya agama/agama cuma label sedangkan faham/ajaran dari firasat akal yang terbatas jangan belagu bicara kekurangan agama. Karena bukanlah agama itu kurang tapi kita yang kurang terhadap agama.

    Wakafa billahi waliyyau, wakafa billahi nashiro…
    Cukuplah Allah sebagi pelindung dan cukuplah Allah sebagai penolong.

  19. 52 illuminationis Maret 5, 2009 pukul 9:00 pm

    saya ada cerita mirip tapi ga serupa.

    Pengalaman pribadi seorang psikiater. Saat si dokter lagi di klinik psikiatri, datang bapak pendeta ngamuk-ngamuk mau bawa pulang seorang pasien yang lagi dirawat karena skizofrenia stadium berat (baca: seumur hidup musti minum obat).

    Pendeta: “Ayo pulang! Dokter tidak bisa berbuat apa-apa buat kamu. Ini adalah perbuatan kuasa gelap.” (indikasi: jadi cuma Tuhan Yesus – lewat pak pendeta – yang bisa menyembuhkan)

    Logikanya, lha kalo ilmu kesehatan tidak bisa berbuat apa-apa buat penyakit jiwa, penyakit infeksi, penyakit kutil dll, ngapain sampe hari ini masih ada rumah sakit?

  20. 53 illuminationis Maret 5, 2009 pukul 9:02 pm

    analoginya dengan postingan Dana: ngapain kondom diciptakan kalo agama sudah cukup buat mencegah penularan penyakit seksual?

  21. 55 iman brotoseno Maret 8, 2009 pukul 5:42 pm

    Sepertinya hal ini masih susah memang untuk menerapkan di sebuah masyarakat yang masih puritan seperti di Indonesia. Tapi secaca gradual pemahaman kondom disini sudah semakin membaik, walau disana sini masih ada menyerang, misalnya memprotes mengapa Julia Perez memberi bonus kondom di abumnya.

  22. 57 Santri Gundhul Maret 10, 2009 pukul 9:13 am

    Ahhhhgk…..
    Mendingan aku pake KOTEKA saja deh…keks..keks…

  23. 59 sigid Maret 10, 2009 pukul 4:38 pm

    Wakz ….

    hati-hati lho mas pada kalimat terakhir, ntar bisa kena fatwa :mrgreen:

  24. 63 Lambang Maret 13, 2009 pukul 11:34 pm

    Duh, dagangan kondom-nya masih rame.
    Nonton dulu yang rebutan kondom….

  25. 65 tomy Maret 17, 2009 pukul 10:16 am

    yah kalau agama boleh diibaratkan dengan baju, manusia terus berproses & bertumbuh &… sangat mungkin sekali bajunya sudah tidak sesuai, maka agamapun juga harus terus berproses & bertumbuh sesuai tuntutan jaman. kalau kondom memang banyak berguna mungkin bisa dijadikan alat dakwah :mrgreen:
    atau program KB dimasukkan dalam hukum agama, difatwakan ulama atau dijadikan hukum kanonik gereja

  26. 67 godless Maret 20, 2009 pukul 3:05 pm

    Salam kenal, Pak Dana… 🙂

    penyebaran kondom gratis jauh lebih efektif menghadang AIDS ketimbang dakwah macam apapun…

    memang benar bahwa ketika semua orang menjauhi berzina maka tingkat penyebaran AIDS akan jauh berkurang… cuma kan masalahnya: apakah dgn dakwah tsb lantas semua org akan tobat? 😆

    nah untuk yg dianggap “ndableg” thd dakwah inilah penyebaran kondom perlu diintensifkan…

    ada juga yg berpendapat bahwa kondom akan menyebabkan para pezina aman dari AIDS sehingga menyebabkan mereka nggak mau tobat sebab sudah ada pengaman dari penyakit “hukuman Tuhan” tsb :mrgreen: yg berpendapat semacam itu gak sadar bahwa AIDS tidak hanya menjangkiti org2 ndableg saja tapi juga org2 baik2 maka harus dicegah dengan segala cara, selama tidak merugikan org lain… tapi susahnya lagi ada agamawan yg berpikir bahwa kondom melanggar HAM krn ‘membunuh’ calon janin (sperma)… duuh, pokonya gak ada abisnya deh debat ama bigot2 agama 😆

  27. 69 godless Maret 20, 2009 pukul 3:17 pm

    waduh kok link blog saya ga masuk ya di nama saya diatas?
    btw blog saya: http://godlessindonesian.wordpress.com/
    mohon ijin menambahkan link blog anda di blog roll 😀

  28. 70 Kurtubi Agustus 31, 2010 pukul 11:30 pm

    Mas Dana
    apa kabar, lama tidak berjumpa
    kangen ey
    ini saya punya gawean baru di sini… main2 yah
    atau jangan2 sampean sudah ada di sini
    http://kompasiana.com/kurtubi

  29. 71 Uray Teguh. S November 25, 2010 pukul 11:54 am

    Dalang pertama adalah nafsu yang ada pada diri manusia, yg harus dikendalikan adalah nafsu terlebih dahulu, caranya jauhi diri dari pergaulan bebas yang negatif…. dalang kedua adalah saytan….. caranya dekat diri kepada tuhan…. dalang ketiga adalah tempat-tempat yang menyediakan peluang untuk berzina dilaksanakan, atau tmpt bernaungnya para maniak seks…. nah disini peran kondom, seorang pekampanye kondom harus efektif menjaga daerah ini….. menurut saya kampanye kondom bagus…. kampanye agama juga bagus… kenapa ndak kita bersama-sama kampanye aza…. bagi tugas… kalo agama kampanyenya kpda pelaku yg belum melakukan zina….. kalo kondom kampanyenya kpda pelaku yg sudah melakukan zina…. jadi…. kalo bisa pelaku zina ditakut-takutin akn bahaya sek (secara zina). OK SIP… (“,)

  30. 72 your pomeng September 19, 2011 pukul 1:36 pm

    sdfsdfdsdfsfsdfdsfsdfsdfdxsfsdfsdsdefsdfsdf


Tinggalkan Balasan ke danalingga Batalkan balasan




Saran Saya

Kepala nyut-nyutan membaca blog ini? Mari santai sejenak sambil ngupi di kopimaya dot com

AKU

Bermakna

Yang sedang di inget

Tanggalan

Februari 2009
S S R K J S M
 1
2345678
9101112131415
16171819202122
232425262728  

Jejak Langkahku

RSS Perjalanan Teman-Teman

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

RSS Spiritualitas Para Teman

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.