Memaafkan Soeharto ???

Apabila kita memaafkan, kita juga harus melupakan.

Ada yang mengatakan, saya dapat memaafkan tetapi tidak dapat melupakan. Ini adalah cara lain untuk mengatakan, saya tidak dapat memaafkan. Pengampunan atau pemaafan yang sejati bagaikan selembar cek yang telah di batalkan, di musnahkan dan tidak berlaku lagi.

Ada dua orang kawan yang bertemu setelah beberapa tahun. Mereka memutuskan untuk makan malam bersama. Mereka ayik bernostalgia, sampai akhirnya sadar bahwa waktu telah menunjukkan pukul 3 pagi. Mereka berpisah dan pulang ke rumah masing-masing.

Esoknya, mereka bertemu kembali. Yang satu menanyakan yang lain, “Bagaimana tanggapan istrimu, waktu kau terlambat pulang?”

Dijawab, “Saya menjelaskan apa yang terjadi. Ia dapat memahami hal itu. Bagaimana denegan istrimu?”

Jawabannya, “Begitu saya pulang, istriku histeris. Ia sampai menyebut-nyebutkan semua kesalahan yang telah saya lakukan selama 30 tahun kami menjalin keluarga. Semua dikeluarkan.”

Kita hendaknya tidak selalu ingat pada sejarah masa lalu. Apabila kita memaafkan, kita harus melupakan pula. Clara Barton, pendiri Palang Merah, diingatkan kawannya akan kekejaman yang terjadi pada diri Clara beberapa tahun yang lalu. Nona Barton tidak ingat kejadian itu.

“Kamu tidak ingat?”, Kawannya heran.

“Tidak”, jawabnya, “Namun saya ingat persis bahwa saya pernah melupakan kejadian itu. “

.

.

.


PS:

Tulisan ini saya temukan ketika saya sedang gelisah tentang pro kontra pemaafan terhadap mantan presiden Soeharto. Dan sepertinya tulisan ini telah membasuh kegelisahan saya pribadi (Thanks to God, sumber segala pembelajaran). Sepertinya pemaafaan Soeharto ini bisa digunakan sebagai sarana latihan dalam meningkatkan kualitas spiritual diri (khususnya kualitas memaafkan). Ah, ternyata segala sesuatu itu ada gunanya, tinggal kitanya saja mau mengambil manfaat yang bagaimana.Β Β Β  :mrgreen:

Nah sekarang bagaimana dengan anda? Apa pilihan anda? Sebab ternyata tidak ada yang namanya memafkan tapi tidak melupakan. Atau dengan kata lain memaafkan tapi tidak melupakan itu bullshit!!!

Kridit:

Isi artikel di kutip sepenuhnya dari “Bersama J.P. Vaswani Menggapai Hidup Damai & Ceria “, sebuah buku karya “Anand Krishna”.

73 Tanggapan to “Memaafkan Soeharto ???”


  1. 1 syahbal Januari 22, 2008 pukul 11:44 am

    maafkan sajalah…
    bukankah kita juga klo saat ingat akan kematian inginnya minta dimaafkan…

    soal melupakan itu mah soal laen…
    AQ dan UU tidak akan bisa melupakan apa yang telah dilakukan…
    betul ndak???

  2. 2 bisaku Januari 22, 2008 pukul 2:39 pm

    Memaafkan?
    Siapa yang harus memberi MAAF bagi Suharto di negeri ini?

    Si Amin Rais, SBY, atau orang yang dulunya pas jaman Suharto cuman Diam??? Atau orang-orang yang dibikin mau mati seperti Pramoedya sang novelis, atau orang-orang lainnya yang memiliki nisanpun tidak.

    Ah, sekarang ini terlalu banyak orang-orang yang ingin menampilkan diri dan menunjukkan jiwa besar. Saya lebih merasa salut dengan si Bambang Sujatmiko yang kalem dan keras, atau si Adnan Buyung Nasution.

    Saya memiliki pemikiran lain, memaafkan Suharto itu bukan dengan cara tidak diadili, tapi berikanlah kepada beliau putusan tentang kesalahannya di masa lampau. Barulah nantinya kita berurusan dengan maaf memaafkan. Lebih lanjut mengapa saya bilang ini?

    http://bisaku.wordpress.com/2008/01/11/kisruh-pak-harto/

    * skalian promosi πŸ˜€ *

    *dunia dunia …*

  3. 3 Shinte Galeshka Januari 22, 2008 pukul 2:56 pm

    I’d rather chooses to live with the memories rather than forgetting.
    untuk hidup dengan memory tersebut tanpa perasaan buruk terhadap memory tersebut. Kalo melupakan, kayaknya ekstrim yah, karena bisa beresiko mengulangi hal-hal buruk yang terjadi pada masa tersebut.

    Lepas dari masalah memaafkan dan melupakan saya rasa proses pengadilan gak bisa diabaikan begitu saja yach.

  4. 4 danalingga Januari 22, 2008 pukul 7:09 pm

    @sawali tuhusetya

    Sepertinya memaafkan memang lebih berguna bagi diri sendiri pak. πŸ˜€

    @Santri Gundhul

    Iya, maafkanlah.

    Tafi di terjemahkan dunk boso jowonya. Saya kan jadi ndak ngerti.

    @LieZMaya

    Yup, memaafkan itu enak kok.

    @prim

    Jika begitu jangan di maafkan. πŸ˜€

    @watonist

    *ikut ngangguk ngangguk*

    @syahbal

    Melupakan bukan dalam arti literal bal.

    @bisaku

    Yang bisa memaafkan ya diri sendiri. Soalnya nggak akan pernah bisa memaksa orang lain memafkan.

    Oh, kalo ndak bisa memaafkan ya jangan di maafkan. Nggak usah banyak alasan, pake bawa bawa orang lain segala. πŸ˜‰

    @Shinte Galeshka

    Melupakan di sini bukan dalam arti literal.

  5. 5 Funkshit Januari 22, 2008 pukul 8:05 pm

    dimaafkan .. tapi tetep harus dihukum
    *padahal ngga jelas juga apa salahnya .. hihihih

  6. 6 phiy Januari 22, 2008 pukul 8:14 pm

    Wallahu’alam,
    saya nda tau persis daftar dosanya,
    cuma ya diadili dulu aja,
    baru maafin :mrgreen:

  7. 7 calonorangtenarsedunia Januari 23, 2008 pukul 12:10 pm

    memaafkan soeharto berarti menyembuhkan diri sendiri.

  8. 8 danalingga Januari 23, 2008 pukul 6:39 pm

    @Funkshit

    Silahkan di hukum. πŸ˜›

    @phiy

    Yah, jika begitu silahkan menunggu. Saya sih ndak mau nunggu hanya untuk memaafkan aja. πŸ˜›

    @calonorangtenarsedunia

    Sepertinya itu inti dari artikel ini. Hanya saja menyembuhkan mungkin bukan dalam arti literal. *takut ada yang salah paham lagi*

  9. 9 danalingga Januari 23, 2008 pukul 6:39 pm

    Eh, tapi bisa juga menyembuhkan dalam arti literal. Yaitu sembuh dari penyakit tidak memaafkan.

  10. 10 itikkecil Januari 24, 2008 pukul 9:08 am

    ah jadi inget tulisan yang saja baca di burung berkicau A De Mello. Kalau gak salah seorang suami bilang kepada istrinya. Katanya kau sudah memaafkanku, tapi kenapa masih diingat-ingat terus.
    sang istri mengatakan, saya hanya mengingatkan kepadamu kalau saya sudah memaafkanmu.
    kira-kira gitu, CMIIW.

  11. 11 mbelgedez Januari 25, 2008 pukul 8:26 am

    Danalingga said;
    Wah, rasanya dia nggak ada salah sama saya bro. Jadi apanya yang mo di maafkan?

    Mbel:
    Nah, ini nyang harus disadari. Katakanlah dia korup, tapi dia melakukan subsidi silang guna menyangga harga BBM, Sembako dsb… sehingga harga stabil.

    Tapi kayaknya rakyat Indon lebih memilih MAKAN DEMOKRASI.
    Tapi giliran harga beras melambung, kedelai ngilang dari pasar, Bengsin tiap bulan naek, kok teriak-teriak.

    jadi silakeun ajah bersaing dengan fluktuasi dunia….

  12. 12 tomy Januari 25, 2008 pukul 10:41 am

    males ngomongin Mbahe kethek *kata Den Baguse Ngarso Pareng*

    sebuah cerita ttg cinta saja buat numpang kenalan :mrgreen:

    Seorang pria dan kekasihnya menikah dan acaranya pernikahannya sungguh megah. Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan dan menikmati hari yang berbahagia tersebut. Suatu acara yang luar biasa mengesankan. Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya dan pengantin pria dalam tuxedo hitam yang gagah. Setiap pasang mata yang memandang setuju mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai.

    Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya, “Sayang, aku baru membaca sebuah artikel di majalah tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan” katanya sambil menyodorkan majalah tersebut.

    “Masing-masing kita! akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita. Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia…”

    Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya mencatat hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk kebaikkan mereka bersama. Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing.

    Besok pagi ketika sarapan, mereka siap mendiskusikannya.
    “Aku akan mulai duluan ya”, kata sang istri. Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar 3 halaman… Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak dia sukai dari suaminya, ia memperhatikan bahwa airmata suaminya mulai! mengalir…

    “Maaf, apakah aku harus berhenti ?” tanyanya.
    “Oh tidak, lanjutkan… ” jawab suaminya.
    Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar, lalu kembali
    melipat kertasnya dengan manis diatas meja dan berkata dengan bahagia.

    “Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu”.

    Dengan suara perlahan suaminya berkata “Aku tidak mencatat sesuatupun di kertasku. Aku berpikir bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin merubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau cantik dan baik bagiku. Tidak satupun dari pribadimu yang kudapatkan kurang…”

    Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hati suaminya. Bahwa suaminya menerimanya apa adanya… Ia menunduk dan menangis…

    Dalam hidup ini, banyak kali kita merasa dikecewakan, depressi, dan sakit hati. Sesungguhnya tak perlu menghabiskan waktu memikirkan hal-hal tersebut. Hidup ini penuh dengan keindahan, kesukacitaan dan pengharapan.

    Mengapa harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan dan menyakitkan jika kita bisa menemukan banyak hal-hal yang indah di sekeliling kita? Saya percaya kita akan menjadi orang yang berbahagia jika kita mampu melihat dan bersyukur untuk hal-hal yang baik dan mencoba
    melupakan yang buruk…

  13. 13 watonist Januari 25, 2008 pukul 3:31 pm

    @tomy
    si suami nggak mencatat satupun ??
    ahh … itu pasti suami pemalas :mrgreen:

  14. 14 danalingga Januari 25, 2008 pukul 8:00 pm

    @itikkecil

    Dasar istri pinter. πŸ˜€

    @mbelgedez

    Kalo menurut analisaku sih, soeharto itu jatuh bukan karena korupnya, atau kejahatan kemanusiaannya. Tapi di karenakan pada tahun-tahun akhir kekuasaannya itu, mayoritas masyarakat mulai tidak makan alias karena harga-harga sudah tidak terjangkau alias karena urusan perut. Begitu juga dengan kejatuhan soekarno. Coba mayoritas masyarakat masih hidup berkecukupan, pasti yang protes cuma segelintir aja, dan ndak dapat dukungan. Tapi ya itu analisa ngawur saya aja sih. πŸ˜€

    @tomy

    Salam kenal juga.

    Nah kalo ini suaminya yang pinter. πŸ˜€

  15. 15 Tito Januari 28, 2008 pukul 11:48 am

    dimaafkan… tapi bila seandainya ada uang negara yang diambil harus dikembalikan… baru bisa dimaafkan dan dilupakan πŸ˜€

  16. 16 danalingga Januari 30, 2008 pukul 7:55 am

    Silahkan terus berharap to, semoga harapan itu tidak malah menjadi kebencian jika tidak tercapai. πŸ˜€

  17. 17 yetem Januari 30, 2008 pukul 8:49 pm

    Sementara jangan pikir pahlawan untuk Soeharto,
    Anaknya aja rakus, angkuh, lintah, nnggakpernah merasa salah.
    Kalau berani anak-anaknya mulai lah sadar dan tampil semua dan cucunya minta maaf keseluruh rakyat indonesia. Dintunggu…..

  18. 18 yetem Januari 30, 2008 pukul 8:52 pm

    Dan bila cepat-cepat dikasih gelar pahlawan untuk Soeharto, kroninya ketawa terbahak-bahak mencibir SBY

  19. 19 Rizma Februari 1, 2008 pukul 9:05 pm

    Ga terlalu ngerti sih Dana,,
    Tapi Ma pribadi sama temen temen juga kadang kadang ada yang maafin yang juga melupakan dalam artian ga ada perasaan kesel sama sekali dan bisa kembali bersikap persis sama dengan temen Ma itu,, Bukan berarti Ma lupa eventnya, tapi memutuskan buat ‘oh ya udah,, gapapa lah,,’ sama kejadian itu,,

    Tapi ada juga yang Ma maapin, tapi Ma ngerasa ada yang berubah dari Ma, itu bukan yang dianggep ga melupakan?

    Masalah Pak Harto sih bukan masalah maapnya kalo menurut Ma sih, tapi hukum yang berlaku,, Urusan sama manusia juga harusnya diselesaikan dengan manusia kan? Apalagi satu negara,, Mau ada orang yang maapin dia juga, kalo emang harus dibalikin duitnya, tetep harus dibalikin tho?

    Setuju sama mas Tito!! ^^

  20. 20 danalingga Februari 1, 2008 pukul 9:24 pm

    @yetem

    Wah, saya nggak ngurusin gelar pahlawannya tuh. πŸ˜›

    @Rizma

    Maksud saya kurang lebih ya seperti komenmu yang ini:

    Tapi Ma pribadi sama temen temen juga kadang kadang ada yang maafin yang juga melupakan dalam artian ga ada perasaan kesel sama sekali dan bisa kembali bersikap persis sama dengan temen Ma itu,, Bukan berarti Ma lupa eventnya, tapi memutuskan buat β€˜oh ya udah,, gapapa lah,,’ sama kejadian itu,,

    yang menurut saya memaafkan secara ikhlas, nggak pake syarat apa apa.

    Dan soal harus jelas hukumnya dulu, maaf saya terlalu malas menunggunya. Jadi saya memilih memaafkan aja tanpa menunggu soal hukum yang tak jelas itu.

  21. 21 ika Februari 6, 2008 pukul 12:26 pm

    wah pak harto ga ada salah sama sayah jadi apa yang harus dimaafkan? hehehe tapi,,,kalo korban2 jaman orde baru mungkin sulit memaafkan yah..eniwei kalo menurut saya sih ya dimaapin aj tapi kasus perdatanya dilanjutkan..ketimbang buat kel cendana itu duwit harusna buat rakyat…

  22. 22 danalingga Februari 6, 2008 pukul 7:01 pm

    Korban orde baru apa korban pak harto? Sepertinya hal ini harus di perjelas juga nih.

    Btw, memaafkan itu memang sangat sulit, tapi kalo sudah berhasil maka sungguh jiwa yang memaafkan itu telah terselamatkan. πŸ˜€


  1. 1 Setengah Tiang « ::: a l m a s c a t i e ::: Lacak balik pada Januari 29, 2008 pukul 12:31 am

Tinggalkan Balasan ke danalingga Batalkan balasan




Saran Saya

Kepala nyut-nyutan membaca blog ini? Mari santai sejenak sambil ngupi di kopimaya dot com

AKU

Bermakna

Tanggalan

Januari 2008
S S R K J S M
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
28293031  

Jejak Langkahku

RSS Perjalanan Teman-Teman

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

RSS Spiritualitas Para Teman

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.